Herodotus (484 SM-425 SM)
Herodotus adalah ahli sejarah yang hidup pada abad ke-5 SM (484 SM-425 SM). Ia dikenal karena tulisannya ‘sejarah’, suatu kumpulan cerita mengenai berbagai tempat dan orang yang ia kumpulkan sepanjang perjalanannya. Karena karyanya ini, ia sering dianggap sebagai ‘bapak sejarah’.
Sumbangan ilmiah bangsa Yunani dalam dunia linguistik yaitu kejelian mereka dalam mengamati pertumbuhan bahasa sabagai akibat dari interaksi dalam bidang perdagangan dan diplomasi politik antar bangsa Yunani dengan bangsa luar dan juga pendudukan daerah-daerah jajahan. Interaksi tersebut membawa perubahan bahasa dalam hal tukar-menukar leksikal (borrowing), pola kalimat, dan perubahan arti suatu ujaran. Hasilnya, bahasa Yunani yang tadinya satu dialek saja (monolect) berubah menjadi banyak dialek (multilect). Kajian dialek bahasa Yunani pertama diperkenalkan oleh Herodotus.
Perkembangan dialek bahasa Yunani menimbulkan satu permasalahan yang harus diselesaikan, dialek mana yang harus dipakai oleh kaum cerdik cendikia? dalam mempelajari berbagai dialek bahasa Yunani itu, Herodotus melakukan pengamatan terhadap kata-kata asing yang masuk ke dalam bahasa Yunani. Herodotus menyarankan para cerdik cendikia untuk mempergunakan dialek yang dipakai oleh para sarjana Homeric yang telah benar-benar menguasai karya-karya Homer, yang diantaranya yang paling terkenal adalah Illiad dan Odyssey. Dia menyadari bahwa bahasa yang dipergunakan dalam karya-karya Homer tidak mengikuti dialek-dialek yang digunakan oleh masyarakat Yunani pada saat itu, dengan kata lain, bahasa yang dipergunakan dalam karya-karya Homer adalah bahasa Yunani yang masih ‘asli’ yang belum ‘terkontaminasi’ oleh bahasa-bahasa asing. Karya-karya tersebut menempati posisi yang tinggi dalam dunia pendidikan Yunani saat itu, para sarjana menjadikannya sebagai sumber rujukan dalam pendidikan budi pekerti.
Search This Blog
Tuesday, November 24, 2009
Plato (427 SM-347 SM)
Plato (427 SM-347 SM)
Plato (bahasa Yunani Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Dalam bidang linguistik, Plato dianggap orang pertama yang memperkenalkan istilah gramatika, kata tersebut diambil dari bahasa Yunani, grammata, yang berarti ‘dapat membaca dan menulis’ sedangkan istilah untuk orang yang memahami penggunaan huruf-huruf dalam bahasa disebut grammatikos.
Ia membagi kalimat ke dalam dua kategori, yaitu: onoma, yang merupakan komponen nominal, dan rhema, yang merupakan komponen verbal. Plato mendefinisakan kalimat sebagai unit pikiran terkecil dan sebagai ungkapan verbal yang lengkap yang merupakan ide yang lengkap.1
Disamping itu, sumbangsihnya yang tak kalah penting adalah di bidang fonologi, dimana ia membuat sejumlah klasifikasi fonem segmental yang berlaku dalam bahasa Yunani yang terdiri dari bunyi vokal dan konsonan, kemudian ia juga mengelompokkan bunyi konsonan tersebut ke dalam kontinum dan stop yang tidak dapat diujarkan tanpa bunyi vokal yang menyertainya. Tidak cukup disitu, kejelain Plato dalam mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dalam kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf yang sama tetapi bisa memiliki makna yang berbeda dikarenakan adanya perubahan tekanan dan intonasi, juga adalah salah satu sumbangsih Plato yang penting dalam fonologi, ia mencontohkan kata diiphilos, dalam bahsa Yunani yang berarti ‘sahabat tuhan’ dan kata diphilos, yang berarti nama diri.
Plato (bahasa Yunani Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Dalam bidang linguistik, Plato dianggap orang pertama yang memperkenalkan istilah gramatika, kata tersebut diambil dari bahasa Yunani, grammata, yang berarti ‘dapat membaca dan menulis’ sedangkan istilah untuk orang yang memahami penggunaan huruf-huruf dalam bahasa disebut grammatikos.
Ia membagi kalimat ke dalam dua kategori, yaitu: onoma, yang merupakan komponen nominal, dan rhema, yang merupakan komponen verbal. Plato mendefinisakan kalimat sebagai unit pikiran terkecil dan sebagai ungkapan verbal yang lengkap yang merupakan ide yang lengkap.1
Disamping itu, sumbangsihnya yang tak kalah penting adalah di bidang fonologi, dimana ia membuat sejumlah klasifikasi fonem segmental yang berlaku dalam bahasa Yunani yang terdiri dari bunyi vokal dan konsonan, kemudian ia juga mengelompokkan bunyi konsonan tersebut ke dalam kontinum dan stop yang tidak dapat diujarkan tanpa bunyi vokal yang menyertainya. Tidak cukup disitu, kejelain Plato dalam mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dalam kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf yang sama tetapi bisa memiliki makna yang berbeda dikarenakan adanya perubahan tekanan dan intonasi, juga adalah salah satu sumbangsih Plato yang penting dalam fonologi, ia mencontohkan kata diiphilos, dalam bahsa Yunani yang berarti ‘sahabat tuhan’ dan kata diphilos, yang berarti nama diri.
Aristoteles (384 SM – 322 SM)
Aristoteles (384 SM – 322 SM)
Aristoteles (Bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, linguistik retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Dalam bidang lnguistik, peranan Aristoteles lebih condong sebagai penyempurna ide-ide dari Plato, gurunya. Jika Plato membagi kalimat menjadi dua klasifikasi onoma dan rhema dan mendefinisakan kalimat sebagai unit pikiran terkecil dan sebagai ungkapan verbal yang lengkap yang merupakan ide yang lengkap, Aristoteles mengartikan kalimat sebagai suatu pernyataan lengkap terhadap sesuatu. Di samping itu, ia berpendapat bahwa kata adalah satu unit linguistik, suatu komponen kalimat, yang mempunyai arti sendiri, tetapi tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian yang lebih kecil yang mengandung makna sendiri. Ia beranggapan bahwa kata-kata itu merupakan simbol perasaan dan perwujudan jiwa.
Lebih jauh, dalam hal pengklasifikasian komponen kalimat, Aristoteles masih mempertahankan ide Plato tentang onoma dan rhema, akan tetapi ia menambahkan satu komponen yang ketiga, yaitu sydesmoi (konjungsi, preposisi, artikel, dan kata ganti). Ia juga yang pertama memperkenalkan istilah dan kategori gender dalam onoma dan menetapkan bahwa ciri kata kerja yang paling penting adalah tense dengan mengacu pada perbedaan waktu.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori, linguistik, retorika dan puisi.
Aristoteles (Bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, linguistik retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Dalam bidang lnguistik, peranan Aristoteles lebih condong sebagai penyempurna ide-ide dari Plato, gurunya. Jika Plato membagi kalimat menjadi dua klasifikasi onoma dan rhema dan mendefinisakan kalimat sebagai unit pikiran terkecil dan sebagai ungkapan verbal yang lengkap yang merupakan ide yang lengkap, Aristoteles mengartikan kalimat sebagai suatu pernyataan lengkap terhadap sesuatu. Di samping itu, ia berpendapat bahwa kata adalah satu unit linguistik, suatu komponen kalimat, yang mempunyai arti sendiri, tetapi tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian yang lebih kecil yang mengandung makna sendiri. Ia beranggapan bahwa kata-kata itu merupakan simbol perasaan dan perwujudan jiwa.
Lebih jauh, dalam hal pengklasifikasian komponen kalimat, Aristoteles masih mempertahankan ide Plato tentang onoma dan rhema, akan tetapi ia menambahkan satu komponen yang ketiga, yaitu sydesmoi (konjungsi, preposisi, artikel, dan kata ganti). Ia juga yang pertama memperkenalkan istilah dan kategori gender dalam onoma dan menetapkan bahwa ciri kata kerja yang paling penting adalah tense dengan mengacu pada perbedaan waktu.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori, linguistik, retorika dan puisi.
Zeno dari Citium (334 SM - 262 SM)
Zeno dari Citium (334 SM - 262 SM)
Zeno dari Citium (bahasa Yunani: Ζήνων ὁ Κιτιεύς, Zēnōn ho Kitieŭs) (334 SM - 262 SM) adalah filsuf Yunani dari Citium (bahasa Yunani: Κίτιον), Siprus. Zeno adalah murid dari Crates dan merupakan pendiri sekolah filsafat Stoic. Tidak banyak yang dapat diketahui tentang kehidupan Zeno dalam sejarah. Di masa mudanya, Zeno adalah seorang pedagang, diceritakan bahwa pada umur 30 tahun, kapal yang ditupanginya karam, ketika ia berlayar dari Phoenicia menuju Peiraeus. Di daerah Peireus, di sepanjang perjalanannya, ia membeli buku-buku karya Socrates, dan timbullah keinginannya untuk dapat bertemu orang-orang seperti Socrates, dan ketika itu, ia bertemu dengan Crates. Akhirnya, Crates mengangkatnya sebagai murid.
Di bawah kaum stoic, linguistik mempunyai tempat yang penting dalam kontek filsafat secara menyeluruh. Kaum stoic membedakan antara bentuk (signifier) dan makna (signified). Kaum stoic juga mempelajari secara tersendiri aspek-aspek linguistic seperti fonetik, gramatika, dan etimologi. Dalam aspek fonetik, kaum stoic mmbuat suatu kemajuan dengan mempelajari bunyi ujaran sebagai bagian dari studi tentang bahasa. Mereka memperkenalkan adanya perbedaan ntara tiga aspek huruf tertulis, yaitu: nilai fonetik: /a/ ;bentuk tulis: α ; dan nama yang diberikan alpha alfa.
Lebih jauh sumbangsih kaum stoic dibidang linguistik adalah, kejelian mereka dalam mempelajari struktur suku kata bahasa Yunani dan menciptakan tiga klasifikasi urut-urutan bunyi, antara lain: (1) yang terjadi sebagai bagian yang mengandung makna dalam suatu wacana; (2) yang bisa terjadi sesuai dengan kaidah-kaidah bunyi yang berlaku dalam suatu bahasa, tetapi tidak mengandung makna tertentu; dan (3) yang tidak mungkin dibentuk dengan kandungan makna dalam bahasa.
Kaum stoic juga mennyempurnakan apa yang telah dicetuskan oleh Aristoteles dalam hal onoma, rhema, dan syndemoi. Untuk onoma, mereka menhkhususkan istilah onoma hanya pada nama diri (pronoun), sedangkan untuk kata benda umum (common nouns), mereka menggunakan istilah prosegoria. Sementara itu, rhema mereka bagi menjadi tiga macam, yaitu rhemata ortha untuk mengungkapkan kata kerja aktif transitif, hyptia, untuk mengungkapkan bentuk kata kerja pasif, dan oudetera digunakan untuk mengungkapkan kata kerja yang netral atau intransitif. Dan yang terkhir syndesmoi, mereka bagi menjadi dua bagian, istilah syndesmoi sendiri tidak berubah hanya saja funsinya bergeser untuk menyatakan preposisi-preposisi yang dapat berinfleksi, istilah yang kedua yaitu artha untuk menyatakan preposisi-preposisi yang tidak dapat berinfleksi.
Zeno dari Citium (bahasa Yunani: Ζήνων ὁ Κιτιεύς, Zēnōn ho Kitieŭs) (334 SM - 262 SM) adalah filsuf Yunani dari Citium (bahasa Yunani: Κίτιον), Siprus. Zeno adalah murid dari Crates dan merupakan pendiri sekolah filsafat Stoic. Tidak banyak yang dapat diketahui tentang kehidupan Zeno dalam sejarah. Di masa mudanya, Zeno adalah seorang pedagang, diceritakan bahwa pada umur 30 tahun, kapal yang ditupanginya karam, ketika ia berlayar dari Phoenicia menuju Peiraeus. Di daerah Peireus, di sepanjang perjalanannya, ia membeli buku-buku karya Socrates, dan timbullah keinginannya untuk dapat bertemu orang-orang seperti Socrates, dan ketika itu, ia bertemu dengan Crates. Akhirnya, Crates mengangkatnya sebagai murid.
Di bawah kaum stoic, linguistik mempunyai tempat yang penting dalam kontek filsafat secara menyeluruh. Kaum stoic membedakan antara bentuk (signifier) dan makna (signified). Kaum stoic juga mempelajari secara tersendiri aspek-aspek linguistic seperti fonetik, gramatika, dan etimologi. Dalam aspek fonetik, kaum stoic mmbuat suatu kemajuan dengan mempelajari bunyi ujaran sebagai bagian dari studi tentang bahasa. Mereka memperkenalkan adanya perbedaan ntara tiga aspek huruf tertulis, yaitu: nilai fonetik: /a/ ;bentuk tulis: α ; dan nama yang diberikan alpha alfa.
Lebih jauh sumbangsih kaum stoic dibidang linguistik adalah, kejelian mereka dalam mempelajari struktur suku kata bahasa Yunani dan menciptakan tiga klasifikasi urut-urutan bunyi, antara lain: (1) yang terjadi sebagai bagian yang mengandung makna dalam suatu wacana; (2) yang bisa terjadi sesuai dengan kaidah-kaidah bunyi yang berlaku dalam suatu bahasa, tetapi tidak mengandung makna tertentu; dan (3) yang tidak mungkin dibentuk dengan kandungan makna dalam bahasa.
Kaum stoic juga mennyempurnakan apa yang telah dicetuskan oleh Aristoteles dalam hal onoma, rhema, dan syndemoi. Untuk onoma, mereka menhkhususkan istilah onoma hanya pada nama diri (pronoun), sedangkan untuk kata benda umum (common nouns), mereka menggunakan istilah prosegoria. Sementara itu, rhema mereka bagi menjadi tiga macam, yaitu rhemata ortha untuk mengungkapkan kata kerja aktif transitif, hyptia, untuk mengungkapkan bentuk kata kerja pasif, dan oudetera digunakan untuk mengungkapkan kata kerja yang netral atau intransitif. Dan yang terkhir syndesmoi, mereka bagi menjadi dua bagian, istilah syndesmoi sendiri tidak berubah hanya saja funsinya bergeser untuk menyatakan preposisi-preposisi yang dapat berinfleksi, istilah yang kedua yaitu artha untuk menyatakan preposisi-preposisi yang tidak dapat berinfleksi.
Dionysius Thrax (170 SM‑90 SM)
Dionysius Thrax (170 SM‑90 SM)
Dionysius Thrax (Διονύσιος ὁ Θρᾷξ) (170 SM‑90 SM) adalah gramatikawan Helenistik dari Thrace yang hidup dan pemikiran-pemikirannya berkembang di Alexandria dan kemudian di Rhodes. Ia adalah salah satu penganut Alexandrian dan merupakan bapak dari gramatika tradisional.
Ulasan gramatika bahasa Yunani pertama "Art of Grammar" (Tékhnē grammatiké, Greek: τέχνη γραμματική/ Indonesia: seni grammatika) dihubungkan dengan namanya meskipun kemudian banyak sarjana-sarjana sekarang ini menyangsikan apakah karya tersebut benar-benar karya Thrax murni. Keraguan itu muncul karena pendekatan teknis yang ditemukan di hampir seluruh bagian karya tersebut berbeda dengan pendekatan literal yang ditemukan pada awal-awal bagiannya (mempunyai persamaan dengan tradisi orang-orang Alexandria pada abad-abad ke-2). "Art of Grammar", bahasannya difokuskan pada masalah deskripsi-deskripsi morfologi dari bahasa Yunani dan kurang memperhatikan aspek-aspek sintak. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia dan Siria pada masa awal era kristiani.
Thrax memberi definisi kata ‘Tékhnē’ dalam karyanya Tékhnē grammatiké sebagai pengetahuan praktis tentang bahasa yang dipergunakan oleh para penulis puisi dan prosa, karena menurut dia, para penyair dan penulis prosa itu tahu bagaimana menggunakan bahasa secara baik dan benar untuk memikat hati para pembacanya. Oleh karena itu seperti halnya para sarjana Alexandia yang hidup pada zaman itu yang menyunting karya-karya pujangga Yunani dan teks-teks Homer, Thrax lebih memfokuskan pada usaha untuk mempermudah pembelajaran sastra Yunani klasik bagi siswa-siswanya yang berbahasa Koine Yunani.
Menurut Thrax, gramatika harus memilki enam bagian, yaitu: (1) petunjuk cara-cara membaca yang tepat dengan mempergunakan prosodi yang tepat; (2) penjelasan tentang ungkapan-ungkapan sastra yang dipakai dalam karya tulis penyair dan penulis prosa; (3) catatan-catatan tentnag segala sesuatu yang berhubungan dengan frasa-frasa ynag dipergunakan untuk mengungkap isi pokok bahasan; (4) penemuan etimologi kata-kata penting; (5) uraian fenomena kebahasaan yang mengikuti keteraturan analogis; dan (6) epreisasi terhadap karya sastra, yang menurutnya sebagai bagian yang paling terhormat dalam suatu gramatika.
Thrax membagi kata menjadi delapan klasifikasi. Pembagian ini tetap dipertahankan sampai abad pertengahan dan banyak mempengaruhi ahli-ahli ilmu bahasa di daratan Eropa sampai saat ini. Klasifikasi tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari klasifikasi sebelumnya yang pernah diperkenalkan oleh Aristoteles. Delapan jenis kata tersebut antara lain: (1) Onoma (noun/kata benda), jenis kata yang dapat mengalami infleksi sesuai dengna kasus yang ada, yang menandai orang atau benda; (2) Rhema (verb/kata kerja), jenis kata yang tidak mengalami infleksi kasus, akan tetapi mengalami berinfleksi karena tense, manusia, bilangan, dan aktivitas atau proses; (3) Metoche (participle/ partisip), jenis kata yang mempunyai ciri-ciri sebagai kata kerja dan kata benda; (4) Arthon (article/ kata sandang) jenis kata yang mengalami infleksi kasus dan menempati posisi sebelum dan sesudah onoma; (5) Antonymia (pronoun/kata ganti), jenis kata yang menggantikan onoma, khususnya manusia; (6) Prothesis (preposition/ preposisi), jenis kata yang menempati awal kata-kata lain dalam suatu komposisi ata dalam sintaksis; (7) Epirhema ( adverb/kata keterangan), jenis kata yang tidak mengalami infleksi dalam perubahan kata kerja atau sebagai tembahan kata kerja; dan (8) Syndesmos (conjunction/konjungsi), jenis kata yang mengikat suatu wacana dan mengisi kesenjangan interpretasinya.
Thrax juga meletakkan landasan diskripsi morfologis bahasa Yunani atas dasar pemikiran kaum Alexandrian. Berbeda dengan kaum Stoic yang mengamati bahasa dari sudut pandang filosofis, kaum Alexandrian lebih memandang bahasa sebagai bagian dari kajian literatur dan merupakan penganut dari paham analogi. Oleh karenanya kajian tentang karya-karya Homer menempati posisi penting dalam pemikiran-pemikirn mereka. Thrax secara tegas membedakan bentuk dari makna, schema dari ennoia, dan memberikan struktur gramatika kepada sisi makna.
Dionysius Thrax (Διονύσιος ὁ Θρᾷξ) (170 SM‑90 SM) adalah gramatikawan Helenistik dari Thrace yang hidup dan pemikiran-pemikirannya berkembang di Alexandria dan kemudian di Rhodes. Ia adalah salah satu penganut Alexandrian dan merupakan bapak dari gramatika tradisional.
Ulasan gramatika bahasa Yunani pertama "Art of Grammar" (Tékhnē grammatiké, Greek: τέχνη γραμματική/ Indonesia: seni grammatika) dihubungkan dengan namanya meskipun kemudian banyak sarjana-sarjana sekarang ini menyangsikan apakah karya tersebut benar-benar karya Thrax murni. Keraguan itu muncul karena pendekatan teknis yang ditemukan di hampir seluruh bagian karya tersebut berbeda dengan pendekatan literal yang ditemukan pada awal-awal bagiannya (mempunyai persamaan dengan tradisi orang-orang Alexandria pada abad-abad ke-2). "Art of Grammar", bahasannya difokuskan pada masalah deskripsi-deskripsi morfologi dari bahasa Yunani dan kurang memperhatikan aspek-aspek sintak. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia dan Siria pada masa awal era kristiani.
Thrax memberi definisi kata ‘Tékhnē’ dalam karyanya Tékhnē grammatiké sebagai pengetahuan praktis tentang bahasa yang dipergunakan oleh para penulis puisi dan prosa, karena menurut dia, para penyair dan penulis prosa itu tahu bagaimana menggunakan bahasa secara baik dan benar untuk memikat hati para pembacanya. Oleh karena itu seperti halnya para sarjana Alexandia yang hidup pada zaman itu yang menyunting karya-karya pujangga Yunani dan teks-teks Homer, Thrax lebih memfokuskan pada usaha untuk mempermudah pembelajaran sastra Yunani klasik bagi siswa-siswanya yang berbahasa Koine Yunani.
Menurut Thrax, gramatika harus memilki enam bagian, yaitu: (1) petunjuk cara-cara membaca yang tepat dengan mempergunakan prosodi yang tepat; (2) penjelasan tentang ungkapan-ungkapan sastra yang dipakai dalam karya tulis penyair dan penulis prosa; (3) catatan-catatan tentnag segala sesuatu yang berhubungan dengan frasa-frasa ynag dipergunakan untuk mengungkap isi pokok bahasan; (4) penemuan etimologi kata-kata penting; (5) uraian fenomena kebahasaan yang mengikuti keteraturan analogis; dan (6) epreisasi terhadap karya sastra, yang menurutnya sebagai bagian yang paling terhormat dalam suatu gramatika.
Thrax membagi kata menjadi delapan klasifikasi. Pembagian ini tetap dipertahankan sampai abad pertengahan dan banyak mempengaruhi ahli-ahli ilmu bahasa di daratan Eropa sampai saat ini. Klasifikasi tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari klasifikasi sebelumnya yang pernah diperkenalkan oleh Aristoteles. Delapan jenis kata tersebut antara lain: (1) Onoma (noun/kata benda), jenis kata yang dapat mengalami infleksi sesuai dengna kasus yang ada, yang menandai orang atau benda; (2) Rhema (verb/kata kerja), jenis kata yang tidak mengalami infleksi kasus, akan tetapi mengalami berinfleksi karena tense, manusia, bilangan, dan aktivitas atau proses; (3) Metoche (participle/ partisip), jenis kata yang mempunyai ciri-ciri sebagai kata kerja dan kata benda; (4) Arthon (article/ kata sandang) jenis kata yang mengalami infleksi kasus dan menempati posisi sebelum dan sesudah onoma; (5) Antonymia (pronoun/kata ganti), jenis kata yang menggantikan onoma, khususnya manusia; (6) Prothesis (preposition/ preposisi), jenis kata yang menempati awal kata-kata lain dalam suatu komposisi ata dalam sintaksis; (7) Epirhema ( adverb/kata keterangan), jenis kata yang tidak mengalami infleksi dalam perubahan kata kerja atau sebagai tembahan kata kerja; dan (8) Syndesmos (conjunction/konjungsi), jenis kata yang mengikat suatu wacana dan mengisi kesenjangan interpretasinya.
Thrax juga meletakkan landasan diskripsi morfologis bahasa Yunani atas dasar pemikiran kaum Alexandrian. Berbeda dengan kaum Stoic yang mengamati bahasa dari sudut pandang filosofis, kaum Alexandrian lebih memandang bahasa sebagai bagian dari kajian literatur dan merupakan penganut dari paham analogi. Oleh karenanya kajian tentang karya-karya Homer menempati posisi penting dalam pemikiran-pemikirn mereka. Thrax secara tegas membedakan bentuk dari makna, schema dari ennoia, dan memberikan struktur gramatika kepada sisi makna.
Apollonius Dyscolus (2 SM)
Apollonius Dyscolus (2 SM)
Apollonius Dyscolus dianggap salah satu gramatikawan Yunani terbesar yang pernah hidup. Terlahir di Alexandria, ia adalah putra dari Mnesitheus. Rentang masa hidupnya tidaklah diketahui secara pasti. Nama panggilanya dalam bahasa yunani adalah ὁ δύσκολος, yang berarti ‘merengut/ cepat marah/ kritis (the Surly or Crabbed or Hard to please)’, karena sifatnya yang cepat marah dan pemikir. Ia hidup pada era penguasa Hadrian dan Antoninus Pius. Apollonius menghabiskan sebagian besar hidupnya di Alexandria, kota kelahirannya sekaligus kematiannya.
Apollonius adalah pencetus gramatika ilmiah. Sumbangsih terpentingnya di bidang linguistik adalah pada bidang sintaksis yang terefleksi dalam buku-bukunya. Apollonius menghasilkan banyak karya buku, kurang lebih dua puluh karya, akan tetapi hanya empat yang dapat kita pelajari hingga sekarang. Dari keempat buku tersebut, satu di antaranya mengkaji tentang sintaksis dan yang lainnya masing-masing mengkaji tentang jenis-jenis kata: kata-kata keterangan, konjungsi, dan kata-kata ganti. Di antara kajian-kajian sintaksis bahasa Yunani, karyanyalah yang pertama mengkaji tentang diskripsi dan analisa pemahaman sintaksis bahasa Yunani. Penerusnya, Pricianus, tiga abad kemudian, gramatikawan besar dari Romawi, mengadopsi pemikiran Apollonius tentang diskripsi dan analisa pemahaman sintaksis tersebut dan pemikiran Thrax tentang ‘Tékhnē’ ke dalam pemikirannya tentang diskripsi bahasa Latin.
Apollonius mendasarkan analisanya pada ‘Tékhnē’ dan observasi-observasi sintaksis yang dilakukan oleh para pendahulunya yang kebanyakan berasal dari kajian-kajian retorika. Ia menggunakan delapan kategori jenis kata yang sama seperti yang ada dalam ‘Tékhnē’, namun ia mendefinisikan kembali beberapa jenis kata tersebut agar batas penggunaannya lebih luas, seperti istilah Antonymia (pronoun/kata ganti), ia menambahkan fungsinya, tidak hanya sebagai kata yang menggantikan onoma, khususnya manusia saja, akan tetapi juga untuk subtansi-subtansi yang tak bersifat (ousia). Hasil pemikiran ini selanjutnya dipakai oleh Pricianus dan menempati kedudukan yang penting dalam pemikiran-pemikiran linguistik pada abad pertengahan.
Meskipun dasar analisa Apollonius adalah diskripsi morfologi dari bahasa Yunani yang ditulis oleh para sarjana Alexndrian, pandangan umumnya tentang masalah-masalah linguistik lebih condong ke aliran mentalis. Ia secara jelas membedakan antara bentuk (schema/form) dengan makna (ennoia/meaning) dalam peristilahannya dan menjastifikasi klasifikasi-lasifikasi gramatika berdasarkan referensi dan isi dari pada bentuk morfologikalnya.
Lebih jauh, Apollonius mendasarkan diskripsi sintaksisnya pada hubungan antara kata benda dan kata kerja dengan kata benda dan kata kerja lainnya dan antara kata benda dan kata kerja dengan bagian-bagiannya. Ia menyandarkan pada kasus kata-kata nominal yang terinfleksi, yang mempunyai hubungan timbal balik yang berbeda antara satu dengan yang lain dan antara kasus kata-kata nominal yang terinfleksi dengan kata-kata kerja, dan pada tiga jenis kata kerja yaitu, kata kerja aktif (active transitive), kata kerja pasif (passive) dan kata kerja netral (intransitive) dalam mendiskripsikan hubungan-hubungan tersebut. Diskripsi sintaksis ini adalah cikal bakal pembeda antara subjek dan objek dan konsep-konsep seperti keraturan (government) dan ketergantungan (dependency) pada ilmu linguistik masa sekarang.
Berkat jasa-jasa dan pemikiran-pemikiranya yang sangat besar dalam perkembangan ilmu linguistik, nama Apollonius diabadikan sebagai nama sebuah institut ‘the Apollonius Institute of Language and Linguistics’.
Monday, November 2, 2009
masalah
12 Januari 2009
MASALAH
Entah kata apa yang pantas,
Bangsat, anjing, setan, ataukah iblis untuk menyebutnya
Entah karna ajaran yang dianutnya ataukah memang sudah tabiatnya,
Keras kepala dan cenderung menghalalkan segala cara
Ketika ku duduk disini menulis sesuatu yang tak berarti pun
Dia dengan bengisnya menghujani maut di tanah yang katanya tempat para nabi- nabi
Menebar aroma kematian di tempat Al Aqso berdiri
Meluluhlantakkan bumi yang dianggap suci bagi tiga agama Illahi.
Sempat dalam hati ku bertanya
Tak berartikah jutaan anak tak berdosa terkapar bersimbah darah tak bernyawa?
Tak terketukkah hatinya mendengar ribuan ibu meraung meratapi anaknya yang hilang entah kemana?
Tak bosankan ia mengalirkan darah para pemuda pemberani yang melawan dengan melempari batu tank- tanknya?
Ah bodohnya aku…..
Dia bukanlah manusia tapi iblis yang menjelma,
Hati dan nurani manalah ia punya!
Ini bukan masalah agama bung!
Bukan masalah sejarah, bangunan megah, ataupun minyak yang melimpah.
Bukan masalah perseteruan abadi antara sunni dan syi'ah
Bukan pula masalah PBB yang tak kuasa berbuat apa-apa
Ataupun para pemimpin bangsa yang berlomba mengutuk keliarannya tanpa melakukan tindakan nyata untuk membela.
Ini masalah genocida jutaan nyawa tak berdosa,
Masalah kemanusiaan yang terkoyak jiwa dan raganya,
Masalah kebiadaban yang luar biasa di luar jangkauan nalar manusia,
Masalah perlu disegerakannya genjatan senjata,
Masalah Negara-negara tetangga yang menutup perbatasan mereka dikala kezaliman merajalela, kekejaman melanda, dan pembantaian membabi buta padahal mereka adalah saudara.
He.. Hamas!, he… Fattah!
Sudahlah..lupakan dulu sengketamu, buang dulu dendam pribadimu
Bersatulah…
Majulah…
Lawanlah….
Bejuanglah…
Demi menyeka air mata darah yang mengalir deras dari mata indahnya,
Demi mengeringkan tanah yang terbanjiri air mata yang bercampur darahnya.
By:
Awin
MASALAH
Entah kata apa yang pantas,
Bangsat, anjing, setan, ataukah iblis untuk menyebutnya
Entah karna ajaran yang dianutnya ataukah memang sudah tabiatnya,
Keras kepala dan cenderung menghalalkan segala cara
Ketika ku duduk disini menulis sesuatu yang tak berarti pun
Dia dengan bengisnya menghujani maut di tanah yang katanya tempat para nabi- nabi
Menebar aroma kematian di tempat Al Aqso berdiri
Meluluhlantakkan bumi yang dianggap suci bagi tiga agama Illahi.
Sempat dalam hati ku bertanya
Tak berartikah jutaan anak tak berdosa terkapar bersimbah darah tak bernyawa?
Tak terketukkah hatinya mendengar ribuan ibu meraung meratapi anaknya yang hilang entah kemana?
Tak bosankan ia mengalirkan darah para pemuda pemberani yang melawan dengan melempari batu tank- tanknya?
Ah bodohnya aku…..
Dia bukanlah manusia tapi iblis yang menjelma,
Hati dan nurani manalah ia punya!
Ini bukan masalah agama bung!
Bukan masalah sejarah, bangunan megah, ataupun minyak yang melimpah.
Bukan masalah perseteruan abadi antara sunni dan syi'ah
Bukan pula masalah PBB yang tak kuasa berbuat apa-apa
Ataupun para pemimpin bangsa yang berlomba mengutuk keliarannya tanpa melakukan tindakan nyata untuk membela.
Ini masalah genocida jutaan nyawa tak berdosa,
Masalah kemanusiaan yang terkoyak jiwa dan raganya,
Masalah kebiadaban yang luar biasa di luar jangkauan nalar manusia,
Masalah perlu disegerakannya genjatan senjata,
Masalah Negara-negara tetangga yang menutup perbatasan mereka dikala kezaliman merajalela, kekejaman melanda, dan pembantaian membabi buta padahal mereka adalah saudara.
He.. Hamas!, he… Fattah!
Sudahlah..lupakan dulu sengketamu, buang dulu dendam pribadimu
Bersatulah…
Majulah…
Lawanlah….
Bejuanglah…
Demi menyeka air mata darah yang mengalir deras dari mata indahnya,
Demi mengeringkan tanah yang terbanjiri air mata yang bercampur darahnya.
By:
Awin
Labels:
serba-serbi
Subscribe to:
Posts (Atom)